KONSEP MANUSIA MENURUT KARL MARX:
Manusia Merupakan Masa Depan bagi Manusia[1]
A.
PENDAHULUAN
Manusia
merupakan makhluk yang tidak bisa dipahami secara utuh luar-dalam, lahir-batin.
Manusia sebagai persona pada hakikatnya merupakan makhluk yang tidak dapat
dipahami secara menyeluruh. Yang kita pahami dan yang kita kenal hanya sebagian
saja yang berada dan tampak diluar. Sedangkan kepribadiannya secara menyeluruh
yang tidak tampak dan/atau tidak kelihatan secara kasap mata sangat sulit
bahkan mungkin tidak bisa kenali dan tidak bisa dipahami. Berdasar pada hal
ini, maka menjadi sebuah pertanyaan besar bagi kita akan siapa itu manusia
dengan segalah atribut yang melekat pada dan/atau dalam dirinya sebagai
pribadi. Dilain pihak mennjaadi suatu topik diskursus yang krusial diantara
kalangan para pakar atau filsuf baik klasik maupun modern.
Kemudian
dari sekian banyak para filsuf yang mendiskusikan dan menyampaikan pemikirannya
tentang hal ini, muncul beberapa filsuf yang terkenal dengan pandangannya
tentang manusia, siapa dan seperti apa manusia itu. Sebut saja Marx, dengan
pandangannya tentang manusia yang mempengaruhi banyak pemikiran kemudian. Marx
secara gamblang dan tegas mengedepankan pendangan materialisme historikal
dimana dia menjelaskan pandangannya tentang manusia yang materialis namun dalam
konsepnya bahwa manusia yang tergantung pada alam untuk hidup yakni manusia
menari seturut irama alam dan kemudian berkembang menjadi manusia yang bisa
mengkonstruksikan alam untuk menari seturut irama yang ditentukan manusia. Manusia
berkembang dan tidak lagi terjebak pada pola yang tergantung pada alam dunia
melainkan membuat suatu yang membuat alam serasa tergantung pada keberadaan manusia.
Setiap
makhluk hidup yang hidup dari lingkungannya harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan tempat dia berrgantung.dan seperti semua makhluk hidup lainnya,
manusia pun tergantung pada lingkungannya. Dengan kata lain kendati kita begitu
percaya pada martabat khusus manusia, kita juga harus mengakui bahwa dalam hal
ini pada manusia tidak ada pengecualian. Namun, hal ini tidak lantas membuat
kita secara dangkal menyamakan manusia dengan hewan. Manusia tetap memiliki
kelasnya sendiri. Manusia adalah human karena uniknya cara mereka bergantung
pada lingkungannya. Dari semua ciptaan yang hidup, kendati bergantung pada
lingkungan, hanya manusia sendiri yang dapat membuat lingkungannya juga
bergantung pada kehadiran mereka.
Materialisme
Marx
Marx adalah seorang materialis,
tetapi beliau bukan satu-satunya seorang materialisme, Skinner juga merupakan
seorang materialis. Menarik bahwa Marx juga menerima gagasan Skiner bahwa tidak
ada perbedaan fundamental antara manusia dan hewan. Marx memandang hal ini
melalui caranya semdiri.
Manusia hidup tergantung dari
lingkungan demi kehidupannya sendiri. Dengan kata lain jika tidak ada udara,
air, dan makanan maka kita tidak akan bisa hidup. Secara mutlak dari kelahira
hingga kematian manusia sudah bergntung pada pada lingkungan demi pemenuhan
serta pemuasan kebutuhan.
B.
KEUNIKAN
MANUSIA
Diantara semua organisme yang hidup,
kendati tergantung pada lingkungan, hanya manusia sendiri yang mampu menjadikan
lingkungannya tergantung pada mereka. Setiap mahluk yang hidup dari
lingkungannya harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia bergantung. Misalnya
kalau air di sungai kering maka ikan-ikan akan mati karena tidak mampu
beradaptasi dengan lingkungan tanpa air.
Jika ada perubahan mendadak dan
penting dalam lingkungan yang mengacaukan keseimbangan antara spesies tertentu
dengan lingkungan, satu-satunya cara adalah dengan imigrasi. Hal ini sama juga
dengan manusia misalnya terjadi kebakaran maka manusia akan lari berlindung
atau mencari tempat yang lebih aman dan nyaman.
Akan tetapi manusia mampu
menyelesaikan ketergantungan mereka terhadap lingkungan dengan cara yang jauh
melampaui hewan. Manusia mulai bekerjadan dengan bekerja mereka telah
menciptakan lingkungan spesifik mereka, suatu pekerjaan yang jauh melampaui
pekerjaan binatang.
C.
MANUSIA
: SPESIES YANG BEKERJA
Lebah membangun sarang, burung
membangun sarang, dan semutpun membangun sarangnya sendiri. Manusia membangun
rmah, pabrik, kantor, jembatan, dermaga dan juga mengkonstruksikan mesin yang
dapat membantunya dalam kehidupan setiap hari. Tiap spesies binatang tampaknya
sangat baik dalam hal atau soalnya sendiri, dan sama sekali tidak mampu dalam
hal-hal yang lain, padahal manusia bisa menguasai banyak hal.
Menurut Marx, pekerjaan adalah tindakan
manusia yang paling dasar. Dalam pekerjaan, manusia membuat dirinya menjadi
nyata. Kerja adalah salah satu ciri yang membedakan manusia dari
makhluk-ciptaan lainnya, yang kegiatannya untuk melestarikan hidupnya tidak
dapat disebut kerja.
1.
Pekerjaan, Kegiatan Khas Manusia.
Manusia
adalah makhluk ganda yang menarik. Di satu pihak ia adalah “makhluk alami”
seperti binatang—ia membutuhkan alam untuk hidup. Di lain pihak ia berhadapan
dengan alam sebagai sesuatu yang asing—ia harus terlebih dahulu menyesuaikan
alam dengan kebutuhan-kebutuhannya. Manusia bekerja secara bebas dan universal.
Bebas, karena ia dapat bekerja meskipun tidak merasakan kebutuhan langsung. Universal, karena di satu pihak ia dapat memakai pelbagai
cara untuk tujuan yang sama, di lain pihak ia dapat menghadapi alam tidak hanya
dalam kerangka salah satu kebutuhannya.
2.
Pekerjaan sebagai Obyektivasi Manusia
Bekerja
berarti bahwa manusia memberikan bentuknya sendiri dari obyek alami. Melalui
pekerjaan itu, manusia mengobyektivasikan dirinya ke dalam alam. Bakat dan
kemampuannya tidak tinggal dalam anagan-angannya, melainkan telah menjadi obyek
yang nyata. Manusia dapat melihat dirinya di dalam pekerjaannya. Kerja menjadi
cerminan hakekat manusia.
Manusia
tidak bekerja sendirian. Kebutuhan-kebutuhannya dapat ia penuhi melalui hasil
pekerjaan orang lain. Begitu pula hasil pekerjaan kita pun berguna untuk
memenuhi kebutuhan orang lain. Penerimaan dan penghargaan orang lain terhadap
hasil kerja kita, membuat kita merasa diakui. Kita merasa berarti karena tahu
bahwa kita mampu memenuhi kebutuhan orang lain. Pekerjaan menjadi sesuatu yang
menggembirakan karena orang lain menerima dan menghormati hasil pekerjaan kita.
Di situ tampak bahwa manusia pada hakekatnya bersifat sosial, dan hakekat itu
nyata di dalam pekerjaan. Melalui pekerjaan, manusia membuktikan diri sebagai
makhluk sosial.
Kerja
memiliki dimensi historis. Alam, tradisi-tradisi pengetahuan manusia, ilmu
pengetahuan, alat-alat kerja, dunia kita dan segala isinya bukanlah sesuatu
yang ada begitu saja, melainkan warisan hasil pekerjaan generasi-generasi
sebelumnya. Dunia kita dan segala isisnya merupakan produk sejarah.
3.
Keterasingan dalam Pekerjaan[1]
Karena
pekerjaan merupakan sarana perealisasian diri manusia, maka seharusnya bekerja
memberikan kepuasan dan kegembiraan. Namun dalam kenyataannya, khususnya bagi
para buruh dalam sistem kapitalis, pekerjaan justru mengasingkan mereka. Dalam
sistem kapitalis, pekerjaan dilakukan secara terpaksa. Di dalam pekerjaan itu
manusia tidak berkembang dan semakin terasing dari dirinya sendiri dan orang
lain.
·
Terasing dari dirinya
sendiri
Keterasingan
dari dirinya sendiri mempunyai tiga sisi. Pertama, si pekerja menjadi terasing
dari produknya. Pekerja tidak memiliki hasil pekerjaannya. Produknya adalah
milik pemilik pabrik. Dengan begitu, yang dikerjakannya tak ada artinya bagi
dirinya. Kedua, karena produk pekerjaan terasing darinya, tindakan bekerja itu
sendiri pun kehilangan arti bagi si pekerja. Di dalam pekerjaannya, manusia
tidak dapat mewujudkan hakekatnya sebagai manusia bebas dan universal. Ia
bekerja karena terpaksa, demi bertahan hidup. Di situ ia mengalami keterasingan
dari pekerjaannya. Ketiga, bekerja adalah tindakan hakiki manusia. Di dalam
pekerjaan yang dijalankan secara terpaksa, semata-mata demi mencari nafkah,
manusia memperalat dirinya. Bekerja bukan lagi untuk mengembangkan diri atau
merealisasikan bakat dan kemampuan, melainkan untuk bertahan hidup. Ia tidak
lagi bebas karena bekerja atas dasar paksaan majikan, dan pekerjaannya tidak
lagi universal, karena melulu terarah pada pemenuhan fisik dalam hidup
sehari-hari.
·
Terasing dari orang lain
Terasing
dari hakekat dirinya berarti juga manusia terasing dari sifat sosialnya. Ia
terasing dari sesamanya. Di dalam keterasingan dari sesama terdapat
kepentingan-kepentingan yang bertentangan. Pertama, terjadi perbedaan kelas
antara kelas pekerja dan kelas pemilik. Kedua kelas ini saling bertentangan
satu sama lain. Pertentangan tersebut bukanlah pertentangan emosional tidak
saling menyukai, melainkan pertentangan kepentingan. Kelas pemilik menginginkan
keuntungan setinggi-tingginya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya (biaya
produksi, upah buruh dan fasilitas pekerja seminimal mungkin). Sedangkan para
buruh menginginkan upah setinggi mungkin dengan jaminan fasilitas kerja yang
optimal. Dengan demikian kelas pekerja dan kelas pemilik terasing satu sama
lain. Kedua, selain pertentangan antar-kelas secara vertikal, terjadi pula
pertentangan kepentingan secara horizontal: antara sesama buruh atau antara
sesama pemilik modal. Para buruh berebut tempat kerja, sementara para pemilik
berebut pasar.
Keterasingan
dari orang lain terlihat dalam fakta bahwa saya menjadi orang yang sepenuhnya
egois. Saya hanya akan memenuhi kebutuhan orang lain, sejauh itu memberi
keuntungan pada saya. Manusia menjadi terasing dari hakekatnya sebagai makhluk
sosial. Manusia bertindak bukan demi sesuatu yang bernilai pada dirinya
sendiri, melainkan melulu demi keuntungan diriku. Sesuatu yang disebut sebagai
”keuntungan” itu secara konkret adalah uang. Uang menandakan keterasingan manusia
dai alam dan sesamanya. Di dunia kapitalisme, misalnya orang meninati sawah
bukan karena keindahan sawah yang luas dan padi yang menguning, melainkan
sebagai tempat penanaman modal atau tempat untuk memperluas wilayah pabrik.
Yang penting nilai uangnya dan bukan alam itu sendiri.
4.
Hak Milik Pribadi
Menurut
Marx, sistem hak milik pribadi merugikan kaum pekerja. Dengan adanya sistem hak
milik, majikan memonopoli kesempatan kerja. Majikan hidup dari penghisapan
tenaga kerja buruh, sedangkan buruh harus menyangkal diri dan memperbudak diri
pada majikan. Majikan sendiri mengalami keterasingan dari hakikatnya.
Pengembangan dirinya mandeg. Ia hanya secara pasif menikmati hasil kerja orang
lain, padahal nikmat pasif saja tidak mengembangkan manusia. Sistem hak milik
pribadi mengasingkan baik pemilik maupun pekerja dari dirinya sendiri: pemilik
terasing dari pekerjaan dan pekerja tidak berkembang dalam dirinya. Pada
akhirnya, penyebab segala keterasingan manusia adalah penataan produksi menurut
sistem hak milik pribadi.
Marx
menjelaskan bahwa sistem hak milik pribadi tidak boleh dinilai semata-mata
negatif. Hak milik pribadi adalah akibat yang tidak dapat dihindari dalam
sejarah. Dalam sejarah, umat manusia mengalami tiga tahap perkembangan:
(1)tahap masyarakat purba, sebelum ada pembagian kerja atau semua dilakukan
bersama-sama. (2)tahap pembagian kerja sekaligus tajap hak milik pribadi dan
tahap keterasingan. (3)tahap kebebasan, yaitu apabila hak milik pribadi sudah
dihapus. Hak milik pribadi memacu manusia untuk terus-menerus mengembangkan
kebudayaannya. Misalnya, kelas atas yang memaksa bahkan menindas rakyat untuk
membangun jalan raya Anyer-Panarukan, Kaisar yang menindas rakyat untuk
membangun tembok pertahanan raksasa di Cina, dan sebagainya. Itu semua demi kebutuhan-kebutuhan
jangka panjang.
Menurut
Marx, komunisme adalah solusi atas masalah keterasingan manusia dengan alam dan
dengan sesamanya. Komunisme memampukan manusia untuk merealisasikan diri secara
bebas dan universal.
D.
MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Sebagai
seorang materialis, Marx melihat kodrat material manusia dan ketergantungannya
pada lingkungan untuk hidup sebagai faktum fundamental. Marx menyadari bahwa
spesies manusia adalah sungguh suatu spesies sosial. Jika Sartre melihat
manusia sebagai individu yang self-sufficient,yang
secara utuh bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, Marx tidak mengakuinya dan
menganggapnya nonsense dan tanpa isi sebab menurutnya manusia yang mempunyai
kodrat material selalu hidup dengan manusia lain dan bergantung pada
lingkungan.
Lihatlah
di sekitar Anda. Ada rumah di mana-mana dengan aliran listrik dan pelbagai alat
pemnas dan pendingin. Ada mobil, bu, kereta, pesawat terbang, truk; ada
pertokoan yang penuh dengan persediaan barang dan makanan; ada rumah sakit, sekolah,
industri dan pabrik. Singkatnya, hidup kita jauh dari gua-gua, seperti para
nenek moyang kita dulu, dan memang sudah sangat berbeda. Lalu, siapa yang
mentransformasikan lingkungan demikian kepada kita? Siapa yangmembuatnya?
Jelas, ini bukan hanya satu orang. Ini terjadi berkat kerja sama semua nenek
moyang kita, berkat kerja sama banyak orang. Seluruh hasil muncul dari
kombinasi organik dari usaha anggota-anggota masyarakat, sama seperti
pertumbuhan seluruh organisme yang kompleks muncul dari aktivitas sel-sel
secara terpadu. Ini adalah kerja sejumlah manusia secara integral, bukannya
individu-individu yang terpisah dan tak berhubungan. Ini adalah suatu prestasi
sosial.
Dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa jika spesies manusia bukan spesies sosial yang
mampu bekerja secara terpadu, kita pasti masih tetap tinggal dalam gua dan
ditentukan untuk tetap tinggal di sana sampai kekal. Sebaliknya, jika
masing-masing kita harus menghasilkan dan mengatur segala sesuatu secara
sendirian, kita juga mungkin bisa kembali lagi ke dalam gua. Jadi aspek pertama
yang paling penting dari sosialitas manusia adalah bahwa kita menghasilkan
secara sosial, bukan secara individual, bekerja pada level kelompok dan
kebersamaan bukan perorangan. Marx menyadari tanggung jawab sosial yang mutlak
perlu atas lingkugan dari spesies yang secara esensial adalah makhluk sosial.
E. MATERIALISME
HISTORIS: BANGKITNYA MANUSIA
Kata
“materialisme” dalam pemikiran Marx ini bukan dalam arti ontologis, yakni
pemikiran yang memandang kenyataan sesungguhnya adalah materi. Pandangan
materialismenya ini lebih mengarah pada pengertian bahwa bukan pikiran
melainkan kerja sosial (ekonomi) yang menjadi basis atau kegiatan dasar
manusia. Kata ”historis” mengacu pada pengertian bahwa sejaran manusia berjalan
melalui proses dialektis dan menuju ke tujuan atau telos tertentu. Proses dialektis itu terjadi di dalam perjuangan
kelas dan tujuannya adalah mewujukan kebebasan.[2]














Diagram di atas dibaca dari sudut kanan bawah.
Lingkungan (1) mewakili lingkungan asli manusia yang belum ditransformasikan;
manusia masih tinggal di dalam gua-gua. Untuk segala macam tujuan praktis
Manusia (1) hidup dalam level yang sama dengan binatang. Mereka masih
tergantung secara utuh pada lingkungan seperti juga binatang. Manusia (1)
sebagai makhluk material masih bergantung pada alam sama seperti binatang
lainnya. Meski demikian, materialisme yang dikonsepkan oleh Marx adalah
historis, yaitu bahwa manusia mengandung perkembangan yang menyetir dirinya
sendiri menuju kebebasan dengan mentransformasikan lingkungan di mana ia
bergantung. Kemudian, Garis bergerak dari Manusia (1) menuju Lingkungan (2).
Garis ini menghadirkan revolusi dengan mentranformasi lingkungannya melalui
praksis manusia, yaitu kerja sosial. Hasil dari revolusi ini adalah tahap
kapitalisme di mana lingkungan sudah ditranformasi dan dibentuk menurut
kebutuhan manusia.
Pada tahap kedua ini, manusia telah meninggalkan semua
spesies hewan. Pada level Lingkungan (2) manusia tidak dapat mengungkapakan
identitasnya yang benar, identitas manusiawi dan individual. Ia tidak bisa
memilih menjadi apakan ia nanti, dan tidak dapat berhubungan dengan manusia
lain sebagai manusia. Manusia mengalami alienasi dan belum menjadi manusia
bebas yang disebabkan oleh kapitalisme.
Materialisme Marx bersifat historis. Manusia menyetir
evolusinya sendiri. Jika manusia bisa bebas dari gua-gua atau keterikatan pada
lingkungan natural, dia pun pasti dapat melepaskan diri dari alienasi oleh
sebab kapitalisme. Pembebasan dari kapitalisme hanya akan dapat diperoleh
melalui revolusi oleh kaum proletariat. Revolusi ini terjadi karena kontradiksi
internal sistem produksi kapitalistik karena produksi kapitalistik semakin
tidak terjual akoibat tak terbeli oleh kaum buruh yang sangat membutuhkan
produk-produk tersebut.[3]
Revolusi ini digambarkan melalui garis diagonal dari Manusia (2) kepada
Lingkungan (3).
Level ketiga ini merupakan langkah terakhir dari
evolusi manusia. Lingkungan (3) menghadirkan suatu lingkungan natural yang
dibentuk oleh manusia menurut kebutuhannya sendiri seperti lingkungan natural
dalam kapitalisme tetapi grup manusia memiliki struktur komunis. Setiap anggota
grup memberi sumbangan menurut kemampuannya dan menerima menurut kebutuhannya.
Manusia (3) mengalami kebebasan. Ini merupakan perjalanan terakhir materialisme
historis Marx.
F. ALIENASI SEBAGAI AKIBAT
DARI SISTEM KAPITALISME DALAM PERKEMBANGAN MANUSIA
Pada
tahap ini, hal pertama yang harus dipahami ialah bagaimana Marx melihat
kapitalisme dalam perkembangan manusia yang pada awalnya hidup dalam gua dan
bergantung mutlak pada alam menujuh manusia yang tinggal pada dunia modern
dimana secara jelas memperlihatkan bagaimana manusia membuat lingkungan
bergantung juga pada kehadiran dan keberadaan manusia dan tindakannya.
Perubahan ini sangat diperhatikan dan menjadi bagian yang dikaji secara khusus
oleh Marx.
Terdapat
kesan bahwa ada lompatan yang sangat jauh dan drastis ketika berbicara tentang
manusia pada awalnya yang hidup dalam gua-gua sederhana lalu kemudian muncul
pada sebuah dunia perkotaan yang modern dengan segalah perlengkapan produksi,
gedung-gedung tinggi, jalan raya yang besar dan perputaran ekonomi yang begitu
dahsyat dan semua sarana yang lengkap tersediah bagi manusia yang sedianya siap
untuk digunakan. Ada lompatan pula dalam
hal yang berkaitan dengan sebuah pola yakni pembagian kerja. Pada masyarakat
manusia yang hidup dalam gua-gua sederhana, pembagian kerja tidak begitu
komplit dan banyak karena memang mereka betul tergantung pada keadaan alam
dunia yang berlimpah dan ketika alam tidak mendukung kehidupan mereka lagi,
mereka kemudian akan berpindah dan mencari tempat lain yang mendukung kehidupan
mereka.
Hal
yang berbeda sekali dengan masa sebelum manusia mulai bekerja dan mengolah
untuk hidup, dengan manusia modern
dengan pembagian kerja yang banyak dan komplit sebab pada hakekatnya, manusia
hanya dapat menentukan dirinya dengan kerja dan produksi. Marx menekankan bahwa
manusia hanya dapat hidup jika dia produktif, menguasai dirinya dengan tindakan
yang mengekspresikan kekuasaan manusiawinya yang khusus. Ekspresi manusia ini
akan teraktualisasi dalam kerja. Untuk mengekspresikan dirinya, manusia butuh
kenerdekaan dan kebebasan yang didasarkan pada prilaku menciptakan diri. Ekspresi
manusia dalam bentuk kerja dan pembagian kerja inilah yang kemudian menciptakan
sebuah kahidupan baru yakni sistem produksi yang menempatkan manusia pada dua
posisi yakni pada posisi proletar dan pada posisi borjuis atau orang yang
memilikiu sarana produksi. Disinilah ujung dimana kapitalisme mulai berkembang dan mulai
membagi-bagikan manusia menurut kurang lebih dua kelas sosial seperti yang
sudah dikatakakn diatas. Kapitalisme sendiri berarti pada sistem pembagian
kerja dalam produksi dimana ada orang yang memiliki perangkat untuk produksi
dan ada yang dipekerjakan.
Alienasi
sendiri berarti pemisahan atau keterpisahan dalam arti yang mendalam. Seorang
yang mengalami pemisahan ini dalam arti yang asli adalah orang yang terpisah
dari diri dan akalnya sendiri. Orang yang kehilangan akalnya atau dapat saja
dikatakan tidak waras lagi. Istilah ini secara sengaja diadopsi oleh Marx utnuk
menggambarkan perpecahan internal manusiawi yang telah diderita oleh anggota
masyarakat kapitalistis. Yakni orang yang rusak, terpisah dari identitas
personal mereka dan terpisah dari kemanusiaan mereka sendiri sebagai harga yang
harus mereka bayar dibawah sistem produksi kapitalistis yang mereka kembangkan.
Menurut
Marx, kapitalisme adalah suatu model yang pada dasarnya melahirkan atau
menghasilkan orang-orang yang teralienasi, yakni terpisah dari kemanusiaan
mereka atau tidak bisa bertindak secara sebagai manusia. Hal ini merupakan
suatu tuduhan pahit bagi kapitalisme karena selain menunjukkan dehumanisasi
pada manusia, tetapi juga membuat manusia tidak bisa berbuat apa-apa sesuai
dengan kehendak mereka. dibawah kapitalisme, manusia dialienasikan terhadap
,manusia lain, dimana manusia diperlakukan sebagai layaknya potongan mesin dan
jika tidak berguna lagi maka harus dibuang. Walau pun disisi lain para
kapitalis tahu bahwa mereka adalah mmanusia dengan kebutuhan-kebutuhan
manusiawi mereka.
Demikianlah
manusia dalam hal ini kaum proletarian juga bertindak seperti benda-benda saja.
Mereka tidak memiliki kontrol atas dirinya sendiri karena semuanya diatur
dibawah suatu kontrol yang besar dan kuat. Namun, hal ini tidaklah cocok dengan
kodrat manusia sebagai makhluk yang mengontrol apa yang dilakukannya. Dan inilah
alienasi karena kapitalisme.
G. KRIRIK TERHADAP MARX
Para
pemikir dari Mazhab Frankfurt (Teori Kritis) mengkritik beberapa pemikiran yang
dinyatakan oleh Karl Marx yang dianggap tidak relevan lagi dengan zaman modern,
di antaranya:
1. Dalam pemikirannya, Marx mengatakan bahwa
kapitalisme akan hancur dengan sendirinya yang disebabkan oleh kontradiksi
internal yang dimiliki kapitalisme itu sendiri. Dalam hal ini Marx melupakan
bahwa kapitalisme mampu mengembangkan mekanisme efektif sehingga tetap bertumbuh
biak dan makin kokoh.
2. Analisis kelas karena di dalam masyarakat
kapitalisme lanjut masyarakat atau antara kelas masyarakat saling melebur
sehingga penindasan kaum kapitalis terhadap pekerja tidak terjadi lagi
melainkan semuanya ditindas oleh sistem.
3. Di dalam teorinya juga Marx yang mengatakan kaum
proletar merupakan subjek revolusi karena peleburan kelas-kelas masyarakat yang
menyebabkan mereka tidak lagi memiliki semangat revolusioner.
4. Penindasan sekarang tidak lagi bersifat fisik atau
paksaan melainkan sangat halus, tersamar sehingga kaum tertindas menganggapnya
sebagai sesuatu yang normal.[4]
H. PENUTUP
Manusia
merupakan makhluk yang unik dengan segalah yang dia miliki termasuk kekuasaan
manusiawinya. Untuk memahami manusia Marx melakukan berbagai pendekatan dan
dari pendekatan-pendekatan itu, sampailah Marx pada suatu pandangan yang secara
garis besar menolak sistem kapitalis karena memperalat manusiadan membuat
manusia kehilangan kontrol atas dirinya dan harus bekerja dibawah sebuah
pengontrol yang lebih besar. Dengan demikian, manusia tidak dapat berbuat
apa-apa seperti benda. Padahal manusia sebenarnya dan seharusnya menjadi tuan
atas tindakan dan aktifitasnya sendiri.
Manusia
bekerja guna bisa bertahan hidup dan terutama merupakan suatu ekspresi
kekuasaan manusiawinya. Namun, manusia tidak menghendaki terjadinya alienasi
oleh sistem yang menekan. Kapitalis menjadi sebuah sistem yang disalahkan atas
dehumanisasi yang terjadi pada manusia sebab telah mengakibatkan manusia
kehilangan kontrol atas dirinya dan aktifitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kebung, Konrad. Rasionalisasi
dan Penemuan Ide-Ide. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2008.
Lubis, Akhyar
Yusuf. Pemikiran
Kritis Kontemporer: Dari Teori Kritis, Culture Studies, Feminisme, Postkolonia
Hingga Multikulturalisem. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2015.
Magnis-Suseno, Franz. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme
Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1999.
[1]Franz Magnis-Suseno, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis
ke Perselisihan Revisionisme (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2010), hlm.
87-104.
[2] Akhyar
Yusuf Lubis, Pemikiran Kritis
Kontemporer: Dari Teori Kritis, Culture Studies, Feminisme, Postkolonia Hingga
Multikulturalisem (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), hlm. 246.
[1] Konrad
Kebung, Rasionalisasi dan Penemuan Ide-Ide, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2008 ), hlm. 119-152.
vikings naga【VIP】free slots no deposit bonus codes
BalasHapusvikings naga【VIP】free slots no deposit bonus youtube downloader codes 2021, free slots no deposit bonus codes, free casinos, gambling sites【VIP】